Giok juga sebagai salah satu batu mulia banyak diincar serta disukai. Terkecuali berperan juga sebagai perhiasan serta ornament, giok berguna juga untuk kesehatan. Tetapi, itu tak berlaku untuk giok palsu lantaran giok itu tidak kian lebih sebatas aksesories saja. Jadi dibutuhkan langkah praktis untuk dapat membedakan mana giok yang asli, mana juga yang tiruan.
“Cara yang paling gampang untuk tahu asli tidaknya giok dapat dipandang dari warna serta teksturnya, ” jelas Kepala Seksi Pengawasan serta Pembinaan Dinas Pertambangan serta Daya (Distamben) Aceh, Sugeng Jarot yang di konfirmasi Serambi, Selasa (8/4) siang juga sebagai tindak lanjut dari laporan eksklusif Serambi berjudul Berburu Giok di Berkunjung Mata.
Menurut Sugeng, giok asli indeks warnanya kuat serta tak beralih warna baik dibawah matahari ataupun didalam ruang. Teksturnya halus serta padu. “Kilaunya bahkan juga dapat bertahan sampai sepuluh tahunan. Namun giok palsu demikian sebaliknya, ” tutur Sugeng.
Ia imbuhkan, warna giok palsu waktu dibawah cahaya matahari tampak hijau, namun bila dibawah cahaya dalam ruang beralih jadi hijau gelap maupun hitam. Teksturnya kurang padu serta kilaunya memudar dalam tempo dua tahunan.
Sesaat dari sisi harga, kata Sugeng, juga jauh tidak sama. Giok asli kelas perhiasan dilepaskan mulai harga Rp 200. 000, sesaat giok palsu cukup Rp 50 beberapa ribu saja telah bisa. Sedang untuk giok ornament Sugeng tak temukan barang tiruannya beredar.
Giok asli, kata Sugeng, banyak di pasarkan lewat on-line, walau tidak memiliki sertifikat keaslian. Tetapi, giok Aceh memperoleh keyakinan dari beberapa konsumen. Sedang giok imitasi atau tiruan umumnya di jual di pasar tradisional atau dijajakan oleh pedagang keliling.
Giol palsu ini, lanjut Sugeng, biasanya dipasok dari Medan serta Malaysia, sesaat bila giok asal Aceh tak ada yang palsu lantaran warga Aceh yang bergelut di usaha ini tidak ingin terima yang palsu karena biaya tempahnya lebih mahal dari pada harga jual.
Dia mengaku bahwa memanglah banyak warga yg tidak dapat membedakan pada giok asli dengan yang palsu, hingga mereka tertipu. Jadi, giok palsu itu mereka punyai bukanlah lantaran mereka sukai giok tiruan, tetapi lantaran umumnya tertipu. “Sementara harga jual kembali giok asli tak ada standard lantaran umumnya orang membelinya untuk koleksi pribadi manfaat digunakan keseharian, ” tuturnya.
Di segi lain, Sugeng mengimbau warga yang temukan giok agar melapor ke pihak pemerintah karenanya adalah kekayaan negara. Kekayaan itu adalah punya berbarengan serta dapat dipakai dengan cara berbarengan lewat koperasi dengan bangun industri rumah tangga. Demikian sebaliknya, tindakan penyelundupan bahan baku berbentuk batu alam, termasuk juga giok, terang kurangi nilai lebih serta merugikan negara