Emas saat ini tidak lagi jadi primadona. Kilaunya saat ini telah kalah jelas dari batu akik. Saksikan saja kesibukan warga Desa Muara Sahung. Sekarang ini, kian lebih 90 % warga Desa Muara Sahung jadi penambang batu akik.
Penambang batu akik di Desa Muara Sahung datang dari beragam umur. Tidak tidak sering yang masih tetap berstatus pelajar. Aprizal umpamanya. Pelajar Kelas III SMA Negeri 8 Muara Sahung itu tampak semangat mengawali harinya. Seperti hari libur yang lain, pada Minggu (22/2) maksud remaja berkulit putih itu cuma satu yakni Luang Batu Api, tempat penambangan batu akik.
" Sehari-hari libur atau pulang sekolah pasti ke Luang Batu Api, " kata anak ke lima dari enam bersaudara itu waktu didapati di tempat penambangan batu akik, Luang Batu Api.
Nama Luang Batu Api cukup populer di lokasi Propinsi Bengkulu juga sebagai salah satu tempat penambangan batu akik yang sekarang ini tengah digemari nyaris seluruhnya kelompok orang-orang.
Tetapi, batu akik asal Luang Batu Api lebih populer dengan nama batu akik Muara Sahung. Muara Sahung adalah desa tua yang telah dimekarkan jadi sebagian desa, satu diantaranya Desa Luang Batu Api.
Desa Muara Sahung jadi ibukota Kecamatan Muara Sahung Kabupaten Kaur, lokasi paling Selatan Propinsi Bengkulu, berjarak seputar 200 km. dari Kota Bengkulu.
Sampai th. 2010, warga Desa Muara Sahung serta sekitarnya di kenal juga sebagai penambang emas di lokasi Tumutan Tujuh, suatu cekungan diantara dua tebing bukit yang perlu ditempuh dengan jalan kaki sepanjang sehari.
Tetapi, mulai sejak harga batu akik lebih baik serta selalu melambung tinggi, beberapa pencari emas berpindah jadi penambang batu akik.
" Mencari batu akik lebih menjanjikan dari pada emas. Terlebih tempat penggalian batu akik juga lebih dekat, " kata dia.
Pria muda itu telah rasakan sulitnya menembus rimba untuk meraih tempat penambangan emas di Tumutan Tujuh. Mulai sejak duduk di bangku SD, ia telah di ajak ayahnya masuk serta keluar rimba menambang emas dengan cara tradisional.
Sekarang ini, beberapa besar warga desa itu telah meninggalkan profesi juga sebagai penambang emas tradisional serta berpindah jadi penambang batu akik.
" Memanglah keduanya sama tergantung rejeki, namun lebih berduit menambang batu akik, " kata Aprizal.
Ia memperbandingkan pendapatan waktu menambang emas. Perlu saat kian lebih dua hari untuk memperoleh lima gr. Sedang hasil menggali batu akik bisa meraih beberapa puluh juta dalam satu hari.
Penambang emas yang lain yang telah berpindah jadi penambang batu akik, Hadis menyampaikan apabila mujur, hasil pendapatan dari batu akik dapat memperoleh satu buah sepeda motor dalam satu hari.
" Disini telah umum barter batu akik dengan satu buah motor, " kata dia.
Ia memperkirakan kian lebih lima orang warga desa yang menukar bongkahan batu akik dengan sepeda motor dengan beragam jenis.
Sekarang ini kata Hadis kian lebih 90 % warga Desa Muara Sahung jadi penambang batu akik.
Awalannya, batu yang ditambang yaitu type batu lumut, lantas batu akik motif teratai sampai type cempaka serta sulaiman yang mempunyai nilai jual tinggi.
Beberapa besar penambang batu akik di lokasi itu jual bahan mentah atau bongkahan batu dengan harga bermacam dari mulai Rp25 ribu per kg sampai Rp500 ribu per kg.