Ladang batu lavender di Gunung Bapang, Kedungsono, Bulu, Sukoharjo, memanglah menjanjikan dengan cara ekonomi. Tetapi, bahaya yang ditimbulkannya cukup besar untuk lingkungan di sekelilingnya, terutama orang-orang yang tinggal di bawahnya.
Permasalahan lain, ladang batu lavender di Gunung Bapang adalah tempat punya negara. Keadaan itu bikin warga tidak bisa leluasa mengeksploitas karena cemas aksi mereka dikira tidak mematuhi ketentuan.
Eksplorasi di kuatirkan membahayakan keselamatan warga Ngemplak yang ada dibawah Gunung Bapang. Kepala Desa Kedungsono, Supriyadi yakini jika eksplorasi dikerjakan dengan tata kelola yang baik kecemasan itu bisa diminimalisasi. Oleh karenanya dia mengharapkan Pemdes Kedungsono serta warga bisa mengelolanya.
“Kalau dikelola dengan baik pasti akan tingkatkan perekonomian orang-orang Kedungsono. Jangan sempat potensi alam ini malah di ambil orang dari luar Kedungsono atau jadi dari luar Sukoharjo, ” jelas Supriyadi di kantornya, Kamis (26/3/2015).
Dia meneruskan sekarang ini masih tetap ada orang yang dengan cara diam-diam mencari batu lavender di Gunung Bapang walau tempat sudah ditutup. Sesungguhnya, kata dia, penggalian tak jadi permasalahan bila ditata sedemikian rupa. Dia mencontohkan penggalian mesti memerhatikan limbah batu hasil galian supaya tak menggelinding. Satu buah saja batu menggelinding, kata dia, bisa membahayakan warga, seperti warga yang tengah mencari rumput atau kayu.
Warga Dukuh Nanggulan, Kedungsono, Slamet, mengakui pada awal mulanya ikut mencari batu lavender di Gunung Bapang. Tetapi sekarang ini dia tidak lagi menggali lantaran sebagian aspek. Diakuinya tidak mau membahayakan warga Ngemplak yang bermukim dibawah Gunung Bapang. Diluar itu sulitnya medan untuk meraih ladang batu lavender jadi masalah.
“Lerengnya sangatlah curam, ” kata dia.
Pemdes Kedungsono serta warga desa mau mengelola ladang batu mulia type lavender yang tersimpan di Gunung Bapang. Pemdes yakini jika dikelola dengan system yang baik batu bernilai itu bisa tingkatkan perekonomian orang-orang Kedungsono.
Supriyadi menyampaikan terkuaknya potensi alam Gunung Bapang dekat Dukuh Ngemplak, Desa Kedungsono, berbentuk batu lavender membawa harapan baru untuk orang-orang. Batu yang bisa jadikan batu akik itu dijagokan bisa mengangkat nama Kedungsono juga sebagai tempat berdiamnya batu yang sekarang ini digemari beberapa orang.
Batu itu menurut Supriyadi mempunyai nilai ekonomi cukup menjanjikan. Walau belum ada riset ilmiah, kata dia, tetapi sebenarnya batu itu telah jadi incaran pehobi batu akik. Bahkan juga, batu lavender asal Gunung Bapang telah jadi ciri khas.
“Orang menyebutkan batu lavender dari Kedungsono juga sebagai batu lavender khas Gunung Bapang, ”