Warga Dukuh Ngemplak RT 001/RW 003, Desa Kedungsono, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo menemukan ladang batu mulia lavender di Gunung Bapang atau dekat Gunung Gajah Mungkur di dukuh itu, sejak dua pekan lalu. Informasi penemuan cepat menyebar dan membuat warga luar Sukoharjo berdatangan untuk menambangnya.
Eksploitasi berlebihan membuat aparat Polsek Bulu menutup lokasi tersebut. Pasalnya, penggalian batu mulia dinilai dapat menyebabkan tanah lonsor sehingga membahayakan warga. Di sisi lain, penggalian tersebut telah mengakibatkan pemburu batu mulia kesurupan. Menurut warga Gunung Bapang merupakan lokasi berhantu.
Penelusuran Solopos.com di lokasi itu, Rabu (25/3/2015), ladang batu lavender berada di lereng Gunung Bapang sekitar 1 km dari perkampungan. Lereng tersebut sangat curam. Terdapat beberapa jalur yang dapat ditempuh untuk mencapai lokasi. Akses menuju lokasi melalui jalur bawah cukup sulit dan butuh panduan warga setempat.
Jalur itu seperti jalan setapak yang belum lama dibuat. Informasi dari dua anak yang beberapa kali mencapainya, lokasi temuan cukup jauh. Saat turun, para pemandu biasanya mencarikan jalur yang lebih landai tetapi sangat licin mengingat jalur itu mengikuti aliran air.
Contoh bongkahan batu berukuran kecil hasil temuan di lokasi itu berwarna cokelat. Setelah diamati lebih lanjut dengan diterawang atau dipaparkan sinar matahari, batu itu terang berwarna ungu tapi tidak pekat. Menurut warga, batu seperti itu kualitasnya belum bagus. Batu yang bagus berwarna ungu pekat dan bening.
Warga setempat, Sri Lestari, 35, saat ditemui Solopos.com di dekat jalur menuju lokasi temuan, Rabu, mengatakan ladang batu lavender ini kali pertama ditemukan warga secara tak sengaja saat mencari makanan ternak. Dia lupa nama warga tersebut.
Menurut dia semula lelaki itu curiga saat melihat seonggok batu berukuran cukup besar yang warnanya berbeda dari batu lain. Lalu orang itu memecah batu temuannya. Melihat warna inti batu ungu, si penemu membawanya turun. Dia pun lantas bertanya kepada warga lain. Tanpa diduga ternyata batu temuannya itu adalah batu yang berharga.
“Warga menyebutkan batu lavender. Sejak saat itu informasi menyebar sangat cepat dari mulut ke mulut. Warga luar Sukoharjo banyak yang tahu. Tak menunggu lama banyak warga yang tidak kami kenal berbondong-bondong datang ke lokasi mencari batu di sekitar lokasi temuan pertama. Akhirnya mereka berhasil menemukan dengan cara menggali menggunakan linggis, ganco, palu besar, betel, dan lainnya. Kebanyakan mereka dari Wonogiri. Kalau warga sini [Ngemplak] malah jarang,” kata Sri Lestari.
Longsor dan Kesurupan
Dari ke hari, orang yang datang mengendarai sepeda motor semakin banyak. Dia menyebut kedatangan mereka dari pagi dan pulang petang. Setiap turun dari gunung mereka membawa bongkahan batu menggunakan karung. Menurut dia aktivitas mereka berlangsung lebih dari sepekan. Dia memperkirakan apabila dikumpulkan menjadi satu batu yang mereka bawa lebih dari satu bak mobil pikap tetapi tak mencapai satu truk.
“Lama-lama kami resah, karena mereka menggalinya enggak pakai aturan. Dikuatirkan penggalian itu bisa mengakibatkan tanah longsor. Terlebih, banyak batu-batu besar di gunung itu. Kami kan juga enggak mau kalau terjadi bencana,” imbuh Sri Lestari.
Pihak RT, desa, kecamatan, dan Polsek Bulu berkoordinasi untuk membahas masalah itu. Hingga akhirnya aparat Polsek Bulu menutup lokasi penggalian untuk menghindari kerusakan alam dan bencana, akhir pekan lalu. Meski ditutup, lanjut Sri Lestari, masih ada warga luar yang mengeksplorasi secara diam-diam. Upaya tersebut banyak yang dipergoki petugas.
“Setiap hari ada polisi yang jaga di jalur menuju lokasi temuan. Semalam [Selasa malam] juga ada petugas polhut [polisi hutan] yang meninjau,” ujar Sri Lestari.
Warga lainnya, Bibit Lestari, menambahkan ada pemburu batu asal Wonogiri yang kesurupan seusai mencari batu lavender di Gunung Bapang. Dia mengetahui peristiwa itu dari seseorang yang mengaku kiai datang ke Ngemplak mencari lokasi ladang batu lavender. Lelaki itu mengatakan kedatangannya untuk menyembuhkan pasiennya yang kesurupan.
“Kata orang itu pasiennya kesurupan di rumah yang kesurupan itu setelah dua hari berturut-turut mencari batu lavender di sini [Ngemplak]. Gunung ini [Bapang] memang gawat [berhantu]. Kalau seenaknya saja ya bisa kesurupan,